SAMARINDA – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Abdul Mu’ti menyampaikan ceramah shubuh inspiratif di Masjid Ad-Dakwah Samarinda pada hari Selasa (30/09). Dalam ceramahnya, Abdul Mu’ti mengingatkan kepada seluruh jamaah akan fenomena ‘Degenerasi’ atau keterputusan generasi yang saat ini tengah melanda seluruh dunia, utamanya dunia islam.
Bagi Abdul Mu’ti, degenerasi yang menjangkiti anak muda saat ini meliputi dua hal, yaitu degenerasi nasabiyah dan degenerasi diniyah. Degenerasi nasabiyah merupakan fenomena dimana generasi muda cenderung tidak ingin berkeluarga atau memiliki anak. Fenomena ini dapat dilihat di beberapa negara maju, seperti Jepang, yang mengalami masalah serius akibat dominasi generasi tua. Adapun degenerasi diniyah adalah keterputusan generasi dalam hal keagamaan yang dapat dilihat dari perbedaan agama antara orang tua dan anak serta kelemahan peran ketokohan dalam keluarga.
Dalam kesempatan tersebut, Abdul Mu’ti memaparkan pentingnya cara baru dalam berdakwah dan menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada generasi muda. Menurutnya, dakwah harus dilakukan dengan cara yang lebih mendekatkan diri kepada generasi muda, seperti dengan menjadi pendengar yang baik dan memahami bahasa mereka.
“Allah mengutus Rasul-Nya sesuai dengan bahasa kaumnya. Agar degenerasi agama tidak terjadi, maka kita harus menjadi pendengar yang penuh empati dan dekat dengan mereka,” ujarnya.
Abdul Mu’ti juga menekankan pentingnya memahami hasil survei yang dilakukan oleh Pew Research Centre. Hasil penelitian tahun 2015 tersebut menunjukkan bahwa agama terbanyak adalah Kristen, diikuti oleh Islam, lalu agnotisme dan ateisme. Menurut Abdul Mu’ti, yang salah bukan agamanya, “Akan tetapi cara kita menghadirkan agama yang bukan sekedar ritus-ritus, kita hadirkan pula agama yang mampu memenuhi dahaga spiritual,”
Abdul Mu’ti yang juga Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia turut menyinggung akan pentingnya memahami trend spiritualisme yang sedang berkembang di kalangan generasi muda saat ini.
Menurutnya, banyak generasi muda yang lebih suka spiritualisme daripada agama tradisional. “Trendnya sekarang bukan agama, tetapi spiritualisme. Mereka mengakui spiritualisme, tetapi tidak harus terikat dengan agama,” ujarnya.
Di akhir ceramahnya, Abdul Mu’ti menekankan pentingnya menjadi pendengar yang baik dan memahami bahasa generasi muda dalam berdakwah. Menurutnya, dengan cara ini, kita dapat membangun hubungan yang lebih dekat dengan generasi muda dan membantu mereka dalam mengembangkan keimanan dan karakter yang kuat.
“Jika kita dekat dengan anak-anak muda, maka kita bisa memengaruhi mereka. Nabi Muhammad SAW adalah contoh terbaik dalam hal ini, karena beliau sangat dekat dengan anak-anak muda dan mampu memengaruhi mereka dengan cara yang positif,” tutup Abdul Mu’ti.
Sumber -> Artikel kiriman Kontributor. September 2025.