PC IMM Malang Raya Gelar Webinar Moderasi Beragama, Urai Akar Terorisme di Indonesia.

MALANG – Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Malang Raya menggelar Webinar Moderasi Beragama pada Rabu Malam (20/08). Webinar yang diselenggarakan melalui platform Google

Kuli Tinta

PC IMM Malang Raya Gelar Webinar Anti Terorisme
PC IMM Malang Raya Gelar Webinar Anti Terorisme

MALANG – Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Malang Raya menggelar Webinar Moderasi Beragama pada Rabu Malam (20/08). Webinar yang diselenggarakan melalui platform Google Meet ini mengangkat tema “Mengurai Akar Terorisme: Perspektif Sosial, Ekonomi dan Ideologi di Balik Aksi Kekerasan”.

Hadir sebagai narasumber dalam webinar tersebut diantaranya yakni Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Nafik Muthohirin dan Ketua Program Studi (Kaprodi) Hubungan Internasional UMM Prof. Gonda Yumitro.

Dalam paparannya, Nafik Muthohirin menyampaikan bahwa dari keseluruhan surat di dalam Al-Qur’an, hanya terdapat 28 surat yang bisa dijadikan rujukan untuk jihad. Bahkan kata jihad sendiri hanya disebut 4 kali, yakni di dalam surat At-Taubah ayat 24, Al-Hajj ayat 78, Al-Furqon ayat 52 dan Al-Mumtahanah ayat 1.

“Di Al-Qur’an kata jihad tidak secara detail memerintahkan umat Islam untuk berperang. Malah sebaliknya kata jihad dimaksudkan untuk mencintai Allah dan Rasul melebihi kecintaan kita terhadap keluarga dan apapun yang kita miliki,” ujarnya.

Ia menilai bahwa kemunculan terorisme yang mengatasnamakan Islam tidak hanya muncul akibat tafsir keagamaan dan pemaknaan jihad yang keliru, namun juga dampak dari kondisi geopolitik dan ekonomi yang tidak menguntungkan umat Islam. Dalam perkembangannya, strategi serangan terorisme berubah menjadi aksi tunggal atau yang sering disebut sebagai lone wolf. Ia menyebut strategi ini semakin banyak digunakan para pelaku terorisme sejak bubarnya ISIS.

“Strategi serangan lone wolf dilakukan tanpa perlu instruksi dari organisasi atau pimpinan. Mereka menjalan misi secara mandiri dan menargetkan korban yang telah ditentukan sendiri. Sehingga langkah mereka cukup sulit untuk dibaca aparat,” katanya di hadapan puluhan peserta webinar.

Panelis kedua, Prof. Gonda Yumitro menjelaskan bahwa isu terorisme dan radikalisme tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan lahir dari banyak faktor yang begitu kompleks. Mulai dari faktor global, regional, nasional hingga isu kultural.

“Masing-masing orang memiliki motif yang berbeda ketika bergabung dengan jaringan terorisme. Ada yang karena faktor kemiskinan, ketidakadilan, atau bahkan ingin menunjukkan eksistensi diri. Seperti contoh kasus mahasiswa di Malang yang bergabung dengan jaringan terorisme karena ingin menunjukkan eksistensi diri di tengah diskriminasi keluarga,” katanya.

Ia juga menegaskan bahwa terorisme tidak merujuk ke salah satu agama semata. Hampir setiap agama memiliki rekam jejak berkaitan dengan terorisme. Seperti kasus Inderjit Singh Reyat di India tahun 1985, Shoko Asahara di Jepang tahun 1995, maupun Jim Jonnes di Guyana tahun 1978.

Sumber -> Artikel kiriman Kontributor PC IMM Malang Raya. Agustus 2025.

Kuli Tinta

Kuli tinta

Related Post

Leave a Comment