Melihat Usaha Keripik MU (Muhammadiyah) di Desa Tuapejat Kilometer 6: Dikelola Mualaf, Dibina Muhammadiyah 

PADEK.JAWAPOS.COM – Meski tergolong sebagai usaha yang masih baru, geliat Keripik MU yang dikelola oleh para mualaf di Desa Tuapejat, Kepulauan Mentawai, patut diapresiasi. Usaha

Kuli Tinta

Usaha Keripik MU yang dikelola ibu-ibu mualaf di Desa Tuapejat Kilometer 6, Sipora Utara, Mentawai
Usaha Keripik MU yang dikelola ibu-ibu mualaf di Desa Tuapejat Kilometer 6, Sipora Utara, Mentawai

PADEK.JAWAPOS.COM – Meski tergolong sebagai usaha yang masih baru, geliat Keripik MU yang dikelola oleh para mualaf di Desa Tuapejat, Kepulauan Mentawai, patut diapresiasi.

Usaha ini digerakkan oleh Pengurus Daerah Muhammadiyah Kepulauan Mentawai sebagai bagian dari program dakwah dan pemberdayaan ekonomi. Konsepnya dikenal dengan istilah “Mualaf Berdaya”, yang tidak hanya fokus pada penguatan keimanan, tetapi juga pada peningkatan kesejahteraan ekonomi para mualaf.

Kelebihan usaha ini selain bahan baku mudah didapatkan, juga produk awet tanpa bahan pengawet. Hal itu juga yang mendasari Pengurus Daerah Muhammadiyah Kepulauan Mentawai menjadikan keripik sebagai salah satu usahanya dalam penguatan ekonomi mualaf.

Tidak sulit mendapati lokasi pengolahan keripik MU tersebut. Lokasinya bersebelahan dengan Masjid Taqwa Muhammadiyah di Desa Tuapejat Kilometer 6. Tempat pengolahannya berada di belakang gedung sekretariat Muhammadiyah Kepulauan Mentawai.

Produksi keripik ini baru dimulai lebih kurang dua minggu belakangan. Dimana, usaha ini dikelola sebanyak 20 orang ibu-ibu mualaf yang berada di sekitar wilayah Sipora Utara. Selain keripik pisang, para mualaf ini juga mengolah ubi, keladi dan sukun untuk dijadikan keripik.

Mereka diberi pengetahuan bagaimana alur produksi keripik, juga menjaga kehigienisan makanan dan pemasarannya. Selain keripik pisang, Pengurus Muhammadiyah Kepulauan Mentawai juga mengurus usaha ternak ikan air tawar, seperti ikan nila, lele dan gurami. 

Ketua Pengurus Daerah Muhammadiyah Kepulauan Mentawai, Rudi Zamri mengatakan usaha keripik ini bahan bakunya sangat banyak di Mentawai. Selama ini, tantangan utama pembinaan mualaf di Mentawai, yakni baru sebatas penguatan keimanan.

Sementara, penguatan ekonomi yang menjadikan para mualaf berdaya masih belum terperhatikan. Nah, dari data yang dikumpulkan, saat ini terdapat 125 orang mualaf tersebar di wilayah Pulau Sipora.

Sementara, yang masuk dalam pembinaan langsung Muhammadiyah Mentawai baru sebanyak 35 orang mualaf. Untuk metode atau konsep usahanya sendiri, para mualaf yang ikut hadir proses pengolahan dari pukul 08.00 hingga pukul 15.00. Mereka akan mendapatkan konpensasi sebesar Rp 50 ribu per hari.

“Kita buat kelompok untuk mengatur giliran memproduksi keripik ini. Kita tidak hanya ajarkan bagaimana alur produksi, namun, juga menjaga higienisnya suatu makanan, hingga pemasarannya. Kalau mereka mau buka usaha sendiri, kita juga siap membantu,” ungkapnya.

Untuk bahan baku keripik sendiri, juga didapat dan dibelinya langsung dari para mualaf. Jadi, selain mendapatkan ilmu alur memproduksi dan konvensasi juga bahan bakunya seperti pisang, ubi, keladi dan lainnya, juga menjadi pendapatan sampingan.

“Kegiatan UMKM ini didukung langsung oleh Lembaga Dakwah Pusat Muhammadiyah. Saat ini, usaha keripik MU ini, juga tengah mempersiapkan sertifikat halal. Dimana, sertifikat halal ini sangat penting untuk menjadikan usaha bisa dipasarkan lebih optimal,” katanya.

Keripik MU ini juga dapat menjadi salah satu oleh-oleh dari Mentawai. Untuk satu kemasan keripik dibanderol dengan harga Rp 10 ribu. Keripik ini, juga awet dan gurih. Mudah-mudahan usaha ini dapat terus berkembang dan juga menjadi ladang amal bagi siapa saja yang memberikan dukungan. {ARIF RD \ Editor: Novitri Selvia — Mentawai }

Kuli Tinta

Kuli tinta

Related Post

Leave a Comment