Yogyakarta – Bayangkan jika seorang warga desa yang harusnya berbulan-bulan bolak-balik ke rumah sakit di Kota atau Puskesmas untuk terapi, kini bisa melakukan latihan rehabilitasi dari rumah dengan bimbingan kader kesehatan lokal. Gambaran ini bukan lagi sekadar angan, melainkan kenyataan lewat Project Inclusion, kolaborasi Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta dengan Physitrack UK, perusahaan teknologi kesehatan global.
Kebutuhan layanan fisioterapi di Indonesia terus meningkat, tetapi tenaga ahli masih tersebar tidak merata. Akibatnya, banyak masyarakat – terutama di daerah – kesulitan mendapat layanan rehabilitasi. “Kami ingin solusi yang tidak hanya modern, tetapi juga menyentuh masyarakat yang selama ini kurang terlayani,” ungkap salah satu peneliti UNISA.
Melalui kerjasama ini lahirlah Inclusion App, sebuah aplikasi digital rehabilitasi yang memungkinkan pasien, tenaga kesehatan, dan kader desa mengakses latihan fisioterapi berbasis bukti ilmiah. Physitrack membawa pengalaman internasionalnya, sementara UNISA menghadirkan konteks lokal dengan melibatkan mahasiswa, dosen, dan masyarakat Sanden, Bantul, sebagai area uji coba.
Dampaknya terasa luas. Pasien bisa menghemat biaya transportasi dan waktu karena tidak perlu selalu ke rumah sakit. Kader desa, terutama perempuan, mendapat pelatihan untuk mendampingi warga berlatih. Mahasiswa ikut terlibat dalam magang, sehingga belajar langsung bagaimana riset berubah menjadi layanan nyata. Bahkan, penyandang disabilitas dilibatkan sebagai mitra pengguna untuk memastikan aplikasi ramah dan inklusif
Lebih dari sekadar inovasi teknologi, Project Inclusion adalah cerita tentang keberanian universitas dan industri menggandeng tangan masyarakat. Kolaborasi ini bukan hanya menghadirkan layanan yang lebih dekat, murah, dan adil, tetapi juga membuka jalan bagi lahirnya ekosistem industri kesehatan digital di Indonesia.
“Teknologi seharusnya membuat manusia lebih dekat, bukan semakin jauh. Dan Inclusion App adalah bukti nyata bahwa riset dan industri bisa berpihak pada masyarakat,” tutur salah satu dosen fisioterapi UNISA dengan penuh harap.
Dengan langkah ini, UNISA Yogyakarta menunjukkan bahwa kampus bukan hanya tempat belajar teori, melainkan pusat inovasi yang membawa perubahan nyata – dari desa, untuk Indonesia, bahkan dunia.
Sumber -> Artikel kiriman Kontributor. September 2025.