Bantul – Di sebuah desa kecil di Bantul, seorang ibu tersenyum lega. Ia tak lagi harus menempuh perjalanan panjang ke kota hanya untuk menjalani latihan rehabilitasi. Kini, cukup dengan pendampingan kader kesehatan dan bantuan sebuah aplikasi di gawai sederhana bernama Inclusion App, ia bisa berlatih di rumah.
Cerita ini lahir dari Project Inclusion, kolaborasi Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta dan JAMK University Finlandia. Project yang telah dimulai sejak tahun 2023 ini masih tetap eksis melayani rehabilitasi secara digital bagi masyarakat di pedesaan.
Project Inclusion ini sejalan dengan agenda global WHO Rehabilitation 2030, yang menegaskan bahwa rehabilitasi adalah hak semua orang. Melalui Inclusion App, teknologi dan kearifan lokal berpadu: kader kesehatan desa menjadi ujung tombak, mahasiswa terlibat langsung, dan dosen serta peneliti berkolaborasi lintas negara.
“Selama ini, keterbatasan tenaga fisioterapi membuat warga desa sering tertinggal dalam akses layanan. Inclusion App menjembatani itu semua,” ujar seorang kader yang baru saja dilatih menggunakan aplikasi tersebut.
Dampaknya melampaui kesehatan. Dengan aplikasi ini, masyarakat menghemat biaya dan waktu, emisi transportasi berkurang, dan perempuan desa mendapat ruang lebih besar untuk berdaya sebagai agen kesehatan. Penyandang disabilitas pun kini memiliki akses lebih adil terhadap layanan yang selama ini sulit dijangkau.
Tak hanya itu, Project Inclusion juga mengangkat nama Indonesia di panggung internasional. UNISA Yogyakarta bersama JAMK menyelenggarakan Digital Rehabilitation Summit lintas negara, mempublikasikan riset bersama, hingga membuka peluang ekspor teknologi kesehatan berbasis aplikasi. “Ini bukan sekadar riset, tapi diplomasi akademik yang menunjukkan bahwa Indonesia bisa memberi solusi global,” tutur salah satu dosen UNISA penuh semangat.
Dengan langkah ini, UNISA Yogyakarta menegaskan diri bukan hanya kampus lokal, tetapi pionir rehabilitasi digital yang membawa manfaat nyata bagi masyarakat desa sekaligus memperkuat reputasi bangsa di dunia.
Project Inclusion adalah bukti bahwa ketika pengetahuan, teknologi, dan kepedulian manusia berpadu, harapan baru bisa tumbuh—bahkan dari desa kecil, untuk dunia.
Sumber -> Artikel kiriman Kontributor. September 2025.